Korea Utara Luncurkan Resor Pantai, Kim Jong-un Targetkan Pertumbuhan Sektor Pariwisata
Kabar mengejutkan datang dari Korea Utara yang akan membuka resor pantai Wonsan-Kalma yang telah lama tertunda pada 1 Juli, Negeri yang dikenal sangat tertutup dan selama puluhan tahun mengisolasi diri tiba-tiba membidik sektor pariwisata untuk pertumbuhan ekonominya. Dalam acara seremonial tersebut, Pemimpin Kim Jong-un memuji pembangunan tersebut sebagai landasan strateginya untuk mengembangkan pariwisata, meskipun jadwal untuk pengunjung asing masih belum jelas.
Kapasitas dan Fasilitas yang disediakan
Zona wisata pesisir Wonsan-Kalma membentang sepanjang 4 kilometer (2,5 mil) garis pantai timur Korea Utara yang indah dan menawarkan kapasitas serta fasilitas yang mengesankan. Resor ini dapat menampung hampir 20.000 tamu di berbagai hotel, hostel, dan fasilitas perumahan yang tersedia. Pengunjung akan menemukan beragam pilihan rekreasi yang lengkap, termasuk area berenang di laut, fasilitas olahraga, taman air dengan seluncuran warna-warni, kolam renang luar ruangan, dan berbagai tempat hiburan.
Selain rekreasi, resor ini juga dilengkapi dengan layanan komersial dan fasilitas katering umum yang dirancang untuk beroperasi sepanjang tahun, menyediakan apa yang digambarkan media pemerintah sebagai "semua kondisi dan basis kehidupan budaya untuk menghadirkan keindahan tempat wisata ini di segala musim." Pengembangan ini merupakan investasi besar dalam infrastruktur pariwisata Korea Utara, dengan Kim Jong Un secara pribadi mengawasi proyek tersebut dan menyatakan kepuasan mendalam atas apa yang ia sebut sebagai "kenyataan yang cemerlang" dan "salah satu keberhasilan terbesar tahun ini."
Visi Pariwisata Kim Jong Un
Pariwisata merupakan salah satu dari sedikit jalur legal bagi Korea Utara untuk memperoleh mata uang asing di bawah sanksi PBB saat ini, sehingga menjadikannya prioritas strategis dalam kebijakan ekonomi Kim Jong Un. Sejak berkuasa, Kim telah memposisikan pariwisata sebagai komponen integral dari inisiatif reformasi ekonomi yang lebih luas, mengangkatnya dari aktivitas pinggiran menjadi "sebuah kegiatan ekonomi tersendiri."
Pada upacara pembukaan Wonsan-Kalma, yang dihadiri oleh duta besar Rusia untuk Pyongyang sebagai tamu kehormatan, Kim menyatakan resor tersebut sebagai "langkah pertama yang membanggakan" menuju pembentukan budaya pariwisata yang kuat di Korea Utara. Ia mengumumkan rencana untuk segera mengonfirmasi inisiatif besar dalam mengembangkan zona wisata berskala besar tambahan di seluruh negeri. Sementara fokus langsungnya adalah pada pariwisata domestik, dengan resor dibuka untuk pengunjung Korea Utara pada 1 Juli 2025, strategi jangka panjangnya jelas bertujuan untuk akhirnya menarik pengunjung internasional, khususnya dari Tiongkok (yang mewakili lebih dari 90% wisatawan sebelum pandemi) dan Rusia, di mana wisatawannya telah diizinkan masuk sejak Februari 2024 di tengah penguatan hubungan antara kedua negara tersebut.
Koneksi Diplomasi Rusia
Hubungan Rusia-Korea Utara mengalami transformasi dramatis pada tahun 2024, yang berpuncak pada kunjungan bersejarah Presiden Vladimir Putin ke Pyongyang pada bulan Juni—kunjungan pertamanya dalam 24 tahun. Selama KTT ini, Putin dan Kim Jong Un menandatangani "Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif," yang meningkatkan hubungan mereka dari sekadar "tetangga yang bersahabat" menjadi aliansi formal dengan kewajiban pertahanan bersama. Pasal 4 perjanjian tersebut mewajibkan kedua negara untuk "segera memberikan bantuan militer dan bantuan lainnya" jika salah satu "jatuh ke dalam keadaan perang akibat invasi bersenjata," yang menurut Putin merupakan sebuah "terobosan" dalam hubungan bilateral.
Selain kerja sama militer, perjanjian ini membentuk kerangka kerja untuk kolaborasi di berbagai sektor termasuk ekonomi, sains, kesehatan, pariwisata, dan pertukaran budaya. Berdasarkan Pasal 7, Rusia dapat membantu Korea Utara bergabung dengan organisasi regional dan internasional, yang berpotensi memberikan Pyongyang jalan keluar dari isolasi diplomatik. Penguatan hubungan ini mencerminkan kepentingan strategis bersama: Rusia mendapatkan mitra dalam visinya untuk "tatanan dunia multipolar" dan dukungan untuk kampanyenya di Ukraina, sementara Korea Utara mendapatkan sekutu kuat yang tampaknya semakin bersedia mengabaikan sanksi internasional. Hubungan yang mulai mendapat sorotan pada tahun 2023 ini kini tampaknya siap untuk kemitraan strategis jangka panjang, bukan sekadar kerja sama taktis.
(JBRMDS/05-18/02/25)
No comments