Breaking News

Asmaraman S Kho Ping Hoo, Contoh Asimilasi dari Keberagaman Budaya di Bingkai Indonesia


jabarmedsos.com Generasi yang besar di era 60-90-an, sudah tidak asing lagi dengan cerita silat Kho Ping Hoo, hampir disemua toko buku, emperan kaki lima dengan mudah buku cerita silat ini kita temukan, yang sempat menjadi primadona cerita fiksi silat di Indonesia. Penggemarnya dari berbagai suku di Indonesia dan dengan berbagai latar belakang, Asmaraman berhasil memasukkan istilah-istilah bahasa Hokkien, memperkenalkan cerita dan budaya Tionghoa yang seakan menjadi satu dengan budaya lokal tanpa kita merasa sedang digurui dan memperkaya bahasa Indonesia dengan nuansa Tionghoa.

Berbagai tokoh terkenal di Indonesia baik yang masih ada maupun yang sudah meninggal mengaku sebagai penggemar dan hobi membaca cerita silat Kho Ping Hoo, sebut saja 
mantan Presiden Soeharto, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, mantan Wakil Presiden era Orde Baru, Adam Malik dan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dan adalah empat nama besar di republik ini yang memiliki hobi membaca serial cerita silat Kho Ping Hoo.

Penulisnya bernama asli Asmaraman Sukowati Kho Ping Hoo, adalah sosok legendaris dalam dunia sastra Indonesia yang dikenal sebagai bapak cerita silat Indonesia dengan karya-karya yang terus dikenang dan dibaca hingga kini.

Ia lahir di Sragen, Jawa Tengah, dan wafat pada usia 68 tahun pada 1994 akibat serangan jantung. Jika Kita berkunjung ke tempat kediamannya yang asri Kota Solo, Jawa Tengah, Kita masih dapat menemukan jejak dan gairah Kho Ping Hoo pada masa keemasannya.

Rumah asri yang terletak di Mertokusuman, Jebres, Solo, menjadi saksi bisu tempat kelahiran pendekar silat rekaan Kho Ping Hoo hidup. Rumah ini ditempati setelah Kho Ping Hoo pimdah dari Kota Tasikmalaya di tahun 1963, setelah terjadinya kerusuhan sara di beberapa wilayah Jawa Barat. Namun demikian, sentimen kerusuhan sara itu tidak menyurutkan gairah Kho Ping Hoo untuk tetap menulis cerita silat sampai datang masa keemasan di tahun 70-an.

Pada tahun 1965 Kho Ping Hoo mendirikan percetakan dan penerbitan yang bernama CV. Gema di rumahnya yang terletak di kampung Mertokusuman RT 002 RW 007, Solo sekaligus sebagai kantor media untuk menerbitkan karya-karya cerita silatnya.

Penerbit CV Gema yang Ia dirikan, telah menerbitkan ratusan judul cerita silat. Bahkan, pada masa jayanya, Penerbit Gema bisa mencetak lebih dari sepuluh ribu eksemplar per jilid. Tercatat, pengarang cerita silat Kho Ping Hoo telah menghasilkan lebih dari 200 judul cerita yang masing-masing judul terdiri dari sekitar 35 jilid. Beberapa karyanya yang begitu populer antara lain Suling Emas, Istana Pulau Es, Pendekar Bongkok, Kisah Sepasang Rajawali dan serial Bu kek Sian-su.

Buku cerita silat Kho Ping Hoo mempunyai ciri khas yaitu bentuknya kecil, hanya sebesar saku celana belakang, cover muka hasil dari coretan tangan dengan kombinasi satu-dua warna sederhana dan dicetak dengan jenis huruf tipe mesin ketik jadul.

(JBRMDS/05-18/02/25)

No comments