Letjen Kunto Arief Wibowo Batal Dimutasi: Antara Dinamika Politik dan Sinyal Kekuasaan Presiden Baru
Anak Jenderal, Simbol Perlawanan
Letjen Kunto bukan nama sembarangan. Ia adalah putra dari Jenderal (Purn.) Try Sutrisno, mantan Wakil Presiden RI dan tokoh militer senior yang selama Pemilu 2024 kerap diasosiasikan dengan suara kritis terhadap dinasti politik yang dibangun Presiden sebelumnya, Joko Widodo. Dalam lanskap kekuasaan yang berubah, nama Kunto pun menjadi simbol dari arus bawah militer yang menghendaki jarak dari kekuasaan sipil yang terlalu dominan.
Ketika SK mutasi turun dan menunjuk Laksamana Muda Hersan—eks ajudan Presiden Jokowi—sebagai pengganti Kunto, publik membaca sinyal politik yang tak lagi samar. Namun yang lebih mengejutkan adalah pembatalan mutasi tersebut, sehari berselang, dengan alasan ‘tugas belum selesai’.
Pengamat: Sinyal Tegas Presiden Prabowo
Jamiluddin Ritonga, pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul, menyebut pembatalan mutasi ini sebagai “penanda awal” bahwa Presiden Prabowo mulai menata ulang peta loyalitas di tubuh TNI. “Ini bukan sekadar keputusan administratif. Ini pesan politik dari Presiden kepada semua pihak: arah kebijakan pertahanan dan stabilitas nasional kini sepenuhnya di tangannya,” ujar Jamiluddin.
Menurutnya, Prabowo tidak ingin TNI dijadikan alat kompromi politik warisan kekuasaan sebelumnya. Letjen Kunto dipertahankan bukan karena garis keturunannya, tetapi karena representasi dari barisan yang tidak ingin TNI tunduk pada intervensi politik sipil yang berlebihan.
Hendardi: Ada ‘Aroma Balas Dendam Politik’?
Di sisi lain, Ketua Dewan Nasional SETARA Institute, Hendardi, bersuara lebih kritis. Ia melihat pembatalan ini sebagai bagian dari kontestasi kekuasaan dalam tubuh elite. “Sulit untuk tidak melihat ini sebagai koreksi politik terhadap mutasi yang diasosiasikan dengan kekuasaan lama,” katanya.
Hendardi menilai keputusan awal Panglima TNI mencopot Kunto bisa jadi bagian dari desain transisi yang belum mendapat restu dari Presiden baru. Maka, pembatalan SK menjadi koreksi diam-diam yang menunjukkan bahwa Prabowo kini benar-benar memegang kendali tertinggi atas TNI.
Pernyataan Resmi TNI: Murni Organisasi
Menanggapi hiruk-pikuk spekulasi ini, Kepala Pusat Penerangan TNI Brigjen Kristomei Sianturi menegaskan bahwa pembatalan mutasi Letjen Kunto dan enam perwira tinggi lainnya bukan karena faktor eksternal. “Tidak ada intervensi dari luar organisasi. Ini murni evaluasi kebutuhan organisasi, karena ada tugas-tugas strategis yang belum selesai,” jelasnya.
Namun, pernyataan itu tak serta-merta meredam dugaan publik. Banyak yang menganggap alasan ‘tugas belum selesai’ sebagai frasa netral yang kerap dipakai untuk menutupi tekanan politik tingkat tinggi.
Bukan Mutasi Biasa
Dari sudut pandang banyak pengamat, pembatalan mutasi ini adalah bagian dari desain kekuasaan yang tengah dirumuskan Prabowo sebagai Presiden RI. Ia tengah menyusun ulang struktur loyalitas dalam tubuh TNI, memastikan bahwa institusi tersebut tidak lagi menjadi arena tarik-menarik kepentingan masa lalu. Letjen Kunto dipertahankan bukan sekadar sebagai tentara, tapi sebagai simbol kesinambungan profesionalisme militer yang ingin dibangkitkan Prabowo di tengah polarisasi sipil yang belum usai.
Kini, pertanyaan yang tersisa bukan hanya tentang siapa yang berkuasa, tapi bagaimana kekuasaan itu sedang diorganisasi ulang. Dan Letjen Kunto—mau tak mau—menjadi bagian dari narasi besar itu.
Referensi: Dari Berbagai Sumber
No comments