Ali Nurdin: "Bangun Perlawanan Kolektif terhadap Scam, Judol dan TPPO! "
Jakarta — Ketua Umum Pimpinan Pusat Federasi Buruh Migran Nusantara Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (F-Buminu Sarbumusi), Ali Nurdin Abdurrahman, menyebut jeratan scammer judi online (judol) dan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) lintas negara sebagai bentuk kejahatan digital yang paling mengerikan saat ini. Ia menyebut fenomena ini sebagai "wajah kelam digitalisasi neraka".
Pernyataan ini disampaikan Ali dalam Dialog Nasional bertema Transformasi Digital: Jeratan Scammer Judi Online Lintas Negara dan Upaya Penyelamatan PMI/WNI Bermasalah sebagai Korban TPPO Dari Luar Negeri, yang digelar di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Salemba, Jakarta Pusat, Kamis (24/4).
Acara tersebut didukung oleh Kepolisian Republik Indonesia dan dihadiri sejumlah narasumber kunci dari berbagai instansi. Hadir di antaranya Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha, Direktur Cyber Kementerian P2MI Brigjen Raja Sinambela, Ketua Advokasi Migrant Care Nurharsono, serta AKP Dimas Adi dari Direktorat PPA dan PPO Bareskrim Polri.
Ali Nurdin menegaskan bahwa kejahatan digital lintas negara ini tidak hanya menimbulkan kerugian ekonomi, tetapi telah merusak martabat bangsa. PMI, menurutnya, dijebak dengan janji pekerjaan bergaji tinggi di luar negeri, namun justru berakhir dalam eksploitasi kejam.
"Hari ini kita telah menyaksikan wajah kelam dari apa yang kami sebut sebagai digitalisasi neraka. Bukan hanya data yang dicuri tapi juga dignity atau harga diri anak bangsa yang telah dihancurkan," ujarnya dengan nada tegas.
Ali juga mengungkapkan bahwa akar persoalan jeratan PMI terhadap kejahatan digital ini bersumber dari buruknya sistem kerja dalam negeri, seperti perekrutan yang tidak transparan hingga pengupahan yang tidak manusiawi.
"Dialog ini lahir dari rasa cemas dan tanggung jawab seluruh pihak, karena jeratan kejahatan digital lintas negara telah menjebak pemuda Indonesia. Mereka telah menjadi korban scam serta judi online di Myanmar, Kamboja, maupun di Thailand," ujarnya lagi.
Menurutnya, para korban tidak hanya dijadikan budak kerja, tetapi juga disekap, disiksa, bahkan ada yang organ tubuhnya dijual. Ali menekankan bahwa bentuk kejahatan ini bersifat sistemik dan membutuhkan perlawanan kolektif.
"Kami Federasi Buruh Migran Nusantara Sarikat Buruh Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama meyakini kejahatan sistemik ini harus dilawan secara berjamaah, secara sistematis. Maka dalam forum ini kami mengajak berbagai elemen untuk tidak tinggal diam," tegasnya.
Dialog Nasional ini menjadi momentum penting dalam menyusun langkah strategis penanggulangan kejahatan digital transnasional, terutama yang mengancam keselamatan dan kehormatan pekerja migran Indonesia. Keterlibatan aktif dari institusi negara, aparat penegak hukum, serta organisasi masyarakat sipil menjadi elemen penting dalam membangun perlindungan menyeluruh yang berkelanjutan.
( - YR - )
No comments