Breaking News

Perang Tak Berujung: Ketegangan India-Pakistan Kembali Membara di Kashmir

Islamabad – Ketegangan berkepanjangan antara dua negara bersenjata nuklir, India dan Pakistan, kembali meletus menjadi konflik bersenjata pada awal Mei 2025. Insiden ini dipicu oleh serangan militan terhadap rombongan wisatawan India di wilayah Kashmir yang disengketakan, menewaskan 26 orang dan memicu aksi balasan dari militer India.

Eskalasi Serangan dan Respons Militer

Sebagai respons, India melancarkan serangan udara dan rudal ke sejumlah target yang diklaim sebagai markas militan di wilayah Pakistan. Serangan ini segera dibalas dengan baku tembak lintas batas di sepanjang Line of Control (LoC), wilayah perbatasan yang memisahkan Kashmir India dan Pakistan. Dalam beberapa hari, bentrokan memakan korban jiwa sebanyak 43 orang, termasuk 31 warga sipil Pakistan dan 12 korban dari pihak India, terdiri dari warga sipil dan anak-anak.

India dan Pakistan saling mengklaim berhasil memukul mundur serangan lawan. Media nasional kedua negara turut memanaskan suasana, dengan headline penuh semangat patriotik dan pernyataan provokatif dari pejabat tinggi militer.

Ancaman Nuklir dan Seruan Dunia

Situasi semakin mengkhawatirkan ketika Pakistan mengancam akan menggunakan kekuatan nuklir jika serangan India tidak dihentikan. Perdana Menteri India Narendra Modi dalam pidato publik menyebut ancaman tersebut sebagai “pemerasan berbahaya” dan menegaskan bahwa “India siap mempertahankan integritas wilayahnya dengan segala cara”.

Ancaman penggunaan senjata pemusnah massal ini memicu kecemasan internasional. Sejumlah negara dan organisasi dunia, termasuk PBB dan Uni Eropa, menyerukan deeskalasi segera. Melalui jalur diplomatik darurat, gencatan senjata akhirnya berhasil dicapai pada pekan kedua Mei 2025.

Kilas Balik Perang Berkepanjangan

Konflik antara India dan Pakistan bukan baru terjadi. Sejak kemerdekaan mereka dari Inggris pada 1947, dua negara ini telah berperang sebanyak tiga kali secara besar-besaran, dengan dua di antaranya sangat berdarah:

Perang 1947–1948 atau Perang Kashmir Pertama, terjadi akibat perbedaan keputusan penguasa Kashmir (yang memilih bergabung dengan India) dan keinginan sebagian besar penduduknya yang Muslim. Perang ini menewaskan lebih dari 2.600 tentara gabungan dan ribuan lainnya terluka.

Perang 1971, yang melibatkan pembentukan negara Bangladesh, menjadi salah satu konflik paling menentukan. India, yang mendukung kemerdekaan Pakistan Timur (kini Bangladesh), memenangkan perang tersebut dengan menewaskan ribuan tentara Pakistan dan menangkap puluhan ribu lainnya.


Kashmir tetap menjadi pusat konflik abadi yang tak kunjung terselesaikan, memicu bentrokan militer berkala, terorisme lintas batas, dan krisis kemanusiaan berkepanjangan.

Dampak Terhadap Sipil dan Ekonomi Regional

Seiring dengan jatuhnya korban sipil dalam konflik terbaru, laporan dari wilayah perbatasan menyebutkan ribuan warga mengungsi ke wilayah aman. Fasilitas publik rusak dan aktivitas ekonomi lumpuh. Di sisi lain, efek domino dari ketegangan ini turut mengguncang pasar ekspor negara tetangga seperti Indonesia, terutama di sektor kelapa sawit yang biasanya diekspor ke kedua negara.

Kementerian Pertanian RI dikabarkan tengah mencari pasar baru sebagai antisipasi terganggunya perdagangan akibat konflik ini.

Catatan Penutup: Damai yang Tak Kunjung Datang

Kembali membaranya konflik bersenjata antara India dan Pakistan menunjukkan betapa rapuhnya perdamaian di kawasan Asia Selatan. Wilayah Kashmir tetap menjadi bara dalam sekam, dan selama tidak ada penyelesaian politik yang tuntas, ancaman perang akan selalu menjadi bayangan gelap bagi jutaan warga sipil.

Keberhasilan diplomasi dalam mencapai gencatan senjata Mei ini patut diapresiasi, namun dunia internasional diingatkan bahwa upaya damai harus lebih dari sekadar menunda perang—ia harus menjadi solusi berkelanjutan yang adil bagi semua pihak.

Sumber:

CNBC Indonesia, CNN Indonesia, Tempo.co, Kompas.tv, Sindonews, Wikipedia

Dokumen PBB dan laporan pemantauan internasional per Mei 2025

No comments